Perbedaan Budaya Lokal dan Budaya Asing
Perbedaan budaya memang unik buntuk
dipelajari. Bangsa Indonesia memiliki beragam budaya yamng berasal dari
berbagai daerah di Nusantara. Betapa kayanya budaya Indonesia, dan orang
Indonesia cenderung membangga-banggakan hal tersebut. Tapi eits, tunggu
dulu! Sebegitu bagusnyakah Indonesia sampai-sampai merasa bangsa lain
di bawahnya?
Memahami budaya itu tidak gampang. Ada proses mental di sana. Akulturasi, adaptasi, sampai shock-culture.
Sebagai negeri persimpangan budaya, Indonesia selalu bersinggungan
dengan hal-hal yang terkait dengan budaya. Orang Yogyakarta misalnya,
masih harus memahami budaya orang Jawa Timur, meskipun mereka masih
sama-sama suku Jawa yang mendiami pulau yang sama. Apalagi dengan orang
dari wilayah Timur, misalnya, tentu perbedaannya makin kontras,
meskipun kenyataannya mereka masih sama-sama bagian dari Nusantara.
Nah, bagaiman kalau pemahaman budaya itu terjadi di antara dua negara
yang berbeda? Padahal kenyataannya, sesama Nusantara saja, kita masih
sering salah paham. Apalagi yang dari luar negeri?
- budaya basa basi
Budaya basa-basi di Indonesia, dianggap
sopan dan halus. Sementara di barat? Misalkan saja kita berkunjung ke
rumah seorang teman. Begitu kita masuk, dia berkata, ”Anggap saja rumah
sendiri.” Dan kemudian ia juga berkata, ”Kalau lapar atau haus, silahkan
ambil saja sendiri dari kulkas.” Tetapi dalam budaya Indonesia,
melayani diri sendiri ketika kita masuk rumah orang itu sesuatu yang
tidak sopan. Tapi di barat memang demikian. Tak ada pelayanan.
Sebenarnya anda sendiri yang harus sadar bahwa anda tidak ingin
merepotkan tuan rumah bukan? Jadi layanilah dirimu sendiri, tetapi tentu
saja masih dalam batas-batas tertentu. Mereka juga ingin agar kita
mengatakan secara langsung apa yang kita rasakan atau pikirkan tanpa
menutup-nutupinya. Misalnya ketika lapar, katakqan saja anda lapar dan
butuh makan. Di Indonesia, sebaliknya, mengatakan sesuatu secara
gamblang seperti ini dianggap tidak dewasa dan kurang sopan. Salah satu
contoh kasus lagi, dalam sebuah undangan makan-makan di rumah kolega
orang barat, sang tuan rumah mengatakan, “Apakah makanannya enak?” Lalu
dengan alasan sopan santun, dan ingin menyenangkan hati tuan rumah, kita
pun mengatakan, “Ya, ya, sangat enak.” Padahal mungkin lidah dan perut
Indonesia kita mengatakan sebaliknya. Dan karena senang, tuan rumah pun
mengatakan, “Kalau begitu, silahkan tambah makanannya.kita pun
menambah, dan alhasil perut kita jadi sakit dan mengeluh. Salah sendiri
bukan?
- Dikit-dikit minta maaf
Mengenai budaya minta maaf. Orang barat
berpendapat bahwa orang Indonesia terlalu sering mengucapkan maaf.
Misalnya pada saat berpamitan, ketika ia harus meninggalkan teman-teman
lainnya karena ada keperluan lain, dsb, kita akan mengucapkan maaf,
bukan? Ketika makan permen sendirian, tak bisqa membaginya ke teman
sebelah karena permennya hanya tinggal satu, lagi-lagi kita meminta
maaf. Ketika memotong pembicaraan lawan bicaranya, kita mengucapkan kata
maaf lagi. Di barat hal ini tidak berlaku. Mereka justru beranggapan
bahwa orang yang terlalu sering meminta maaf adalah orang yang selalu
merasa dirinya bersalah dan bahkan dianggap memiliki kepercayaan diri
yang buruk. Meminta maaflah pada saat anda merasa berada di pihak salah,
agar tidak salah tempat.
Selain itu, orang Indonesia juga sangat
penasaran dengan orang lain. Pada umumnya mereka ingin tahu berbagai hal
tentang orang yang baru mereka kenal. Misalnya berasal dari mana, sudah
menikah atau belum, agamanya apa, umurnya berapa, dsb. Di barat hal-hal
tersebut sifatnya sangat privasi. Untuk yang terakhir, menanyakan umur,
di antara pria msih lazim, tetapi tidak untuk wanita. Ada kecendrungan
bahwa wanita suka menipu umur mereka. Mereka selalu ingin muda dan tidak
ingin orang lain tahu bahwa mereka sudah tua. Wanita barat berumur 30
akan mengaku bahwa dia baru 25, yang 40 mengakunya 34,dst. Menanyakan
umur seorang wanita di barat dirasakan kurang menghargai estetika
wanita, dan mengurangi rasa kepercayaan diri mereka.
- Memberi tahu sebelum mengadakan kunjungan
Sebelum kita mengadakan kunjungan ke
rumah kolega atau siapapun, sebaiknya memberi tahu si tuan rumah
terlebih dahulu (misalnya via telepon), lalu membuat janji, baru kita
datangi. Sehingga kita datang ke rumahnya pada waktu dan situasi yang
tepat karena ia sudah siap. Ketika kita melakukan kunjungan spontan
(tanpa pemberitahuan sebelumnya), tentu saja dia akan kaget dan mungkin
keberatan. Mungkin saja dia akan mengatakan, “Maaf tapi saya belum bisa
menerima kunjunganmu saat ini kerena saya sedang ada janji dengan orang
lain.” Budaya ini tidak ada di Tanah Air, karena slogan "Time is Money"
di sini hanya berlaku bagi sebagian kecil orang kelas atas.
- Tertawa tidak pada tempatnya
Di Indonesia humor adalah sesuatu yang
sangat penting. Orang Indonesia cenderung lebih menyukai tokoh-tokoh
yang humoris dan suka melawak, contohnya Sule, dll. Kita rata-rata
terbiasa dengan tawa yang keras dan berkepanjangan. Terkadang kita
menertawakan sesuatu yang bahkan tidak lucu. Selera humor orang barat
memang tinggi, tetapi teratawa sepantasnya saja, dan juga jangan lupa
tempat dan sikon.